21 Agustus
— 16:00 —
akhirnya sampai rumah kembali setelah lunch meeting dengan bu maya dan pak vincent.
sudah cukup lama tidak mengambil sidejob di luar kantor. tapi ini referensi dari Leigh. perusahaan besar. iman pun goyah memikirkan prospek ke depannya untuk jenis kerjasama lainnya.
2 jam lagi meeting dengan tim kantor fulltime. mules dan anxious. tidur juga kepikiran.
belum kebayang harus bahas apa baiknya supaya kinerja tim baru ini bisa bener arahnya dan paling penting kecepatannya tapi juga gw nggak mau terkesan micromanaging.
kerja, makan, olahraga, tidur, kerja, makan, olahraga, tidur. kayak gitu aja seharian akhir2 ini kayak robot.
ini semua gara-gara KPI baru yang di-set tim BoD secara dadakan. rapor tim gw langsung merah.
sebel iya, stress pasti. tapi que sera sera. what will be will be. what will they do? fire me?
kalo gw turun tangan kerjain sendiri sih rapor nggak bakal kebakaran tapi mau sampe kapan? it’s now or never. gw harus lepas tangan dan fokus ke manajemen. challenge accepted.
Whatsapp masuk. Widi.
Si Laura Oktober ini nikah Ter.
Kira2 Leo dateng gak ya?? Denger2 terakhir sih stay di Aussie tapi ini kan sepupunya….
Mudah2an nggak sih. Males banget nih kalo sampe ketemu dia…..
haha. drama apa lagi ini. proses move on temen gw satu ini memang agak2 nyelekit. putus sambung lima tahun, ujung2nya ya seperti diprediksi… ya gmn beda keyakinan. restu keluarga memang tidak bisa diabaikan.
gw balas singkat “ow damn, don’t worry too much about it just yet. jumat ini ngopi2 yuk lah :)”.
— 22:00 —
meeting berakhir dengan baik. ternyata si BoD berhalangan hadir, gw lebih rileks, cuma bahas status report, dan tim cukup semangat bertanya. nggak perlu motivational speech.
tau gitu gw nggak perlu mules2 tadi. huff… udah puluhan kali begini, tetep aja paranoid….
tapi masih mending sih daripada si widi mules2 parno ketemu mantan.
Notification hape menyala: time to sleep
dalam 6 bulan ini tim bertumbuh dari 2 menjadi 4 orang. sekarang ada Mika di Asia, Keenan, David, dan Artur di Eropa, dan Paul di US. jadilah gw makin jauh dari jam kantoran normal. kalo nggak dikasih alarm bisa2 gw bablas kerja dimanapun kapanpun
26 September
— 10:00 —
Akhirnya proposal untuk bu Maya terkirim juga. masih ada aspek teknis yang belum bisa gw pastikan, jadi agak nggantung dan gw tunda.
Incoming message: “asem Ter, Joi kemaren liat IG storynya Leo, kayaknya dia udah di Surabaya lagi. huhuhu. apa gw nggak usah ke resepsi ya. tapi gaunnya udah gw sewa. gimana donk”
gw cuma bisa bales emoji awkward smile. “tenang dulu wi, what’s the worst thing that can happen? ^^;”
nggak guna banget sih komen gw, tapi perhatian gw lagi terpecah-pecah.
terpecah oleh ubi hangat.
sudah beberapa minggu ini gw mencoba puasa 16 jam. dan tadi pagi sempat melirik meja makan sepertinya mama kukus ubi. 2 jam lagi. sabar. ubi-ubi hangat menari2 di kepala. impuls.
— 13:00 —
lho mana ubinya? jadi benda oranye yang gw lihat tadi pagi itu apa dong?? hanya ada tumis buncis dan semur kemarin.
jadi sepanjang 30 menit di atas treadmill itu gw membayangkan hal yang maya.
hai ubi, kalian jahap
4 Oktober
— 18:00 —
akhirnya berhasil memaksa diri untuk duduk dan menantang aspek teknis untuk proyek bu Maya ini. dan ternyata tidak sesulit itu.
ngerjain: 3 jam. mikirin: 30 jam berjalan di background. mantap. lelah
Incoming message. Widi:
“otw resepsi. wish me luck”
“hahaha, iya wi, telpon aja kalo butuh, handphone gw udah nggak silent, demi loe nih.”
— 22:00 —
telpon berdering. Widi.
“hey, gimana?”
“dah di rumah lagi Ter. aman, nggak ada si Leo. cuma liat mamanya dari jauh. gak tau kenapa nggak hadir. gilaaa…. udah capek2 paranoid…”
ngakak kita.
scumbag brain.
ini adalah pengembangan dari http://proses.id/suffer-when-its-time-to-suffer/